f

Saya Takut Jatuh Cinta

/
0 Comments
   
Saya Takut Jatuh Cinta
   
   Cerita ini, tentang seseorang. Seseorang yang awalnya tidak berpengaruh sama sekali di dalam kehidupanku. Seseorang yang sama sekali tidak ku duga,dapat membuatku tampak bodoh. Dan seseorang ini,telah berhasil mengendalikan hidupku. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku tertarik. Namun aku tidak dapat menjelaskannya. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku semakin sulit melupakannya. Seseorang ini bernama Angga. Mahasiswa semester akhir fakultas ekonomi. Memang kedengarannya tidak ada yang istimewa. Namun ada sisi lain darinya yang membuatku nyaman. Angga pemuda yang dewasa, sopan, memiliki pandangan realistis, lembut danpekerja keras. Angga sosok laki-laki yang di dambakan semua perempuan. Sosok pemuda yang mungkin dapat memimpin keluarga dengan baik.
    Awal pertemuanku dengannya ialah, ketika ia tiba-tiba datang ke rumah. Tapi saat itu, ia adalah seorang pegawai restoran cepat saji. Kebetulan sepupuku, Dion memesan beberapa makanan di restoran tempat dia bekerja. Tidak ada perasaan apapun ketika pertemuan pertama itu. Kesan pertamaku padanya, ia hanya pemuda biasa yang ramah dan sopan.Belakangan, aku baru mengetahui bahwa ia adalah teman kampus Dion. "Namanya Angga. Anaknya baik kok,ga pernah neko-neko." Ujar Dion. "Oh ya? Hebat juga ya,uda kerja sambil kuliah..." balasku ringan. "Biasa aja kali Bil." balas Dion nggak ambil pusing.
    Namun itu, Angga 3 tahun yang lalu. Siapa yang menyangka, seorang pegawai restoran cepat saji itu, kini sudah mendirikan restoran sendiri. Dan aku, 3 tahun yang lalu juga hanyalah seorang gadis kelas 11 SMA yang masih manja dan minta ini itu. Iya. Namaku Bila, banyak orang menganggapku aneh. Aku gadis yang pendiam dan tidak punya banyak teman. Aku sering gugup ketika berhadapan dengan orang lain, apalagi jika aku membuat sebuah kesalahan. Entah itu kecil atau besar.
    Saat ini, aku masih mengejar impianku menjadi seorang jurnalis. Memang tidak mudah, namun aku harus tetap berusaha. Dan kalian tahu ? inilah pertemuan keduaku dengan seseorang yang awalnya sangat tidak berpengaruh itu. Berawal dari ketidak sengajaan yang mampu memunculkan kenangan lamaku dengan seorang pegawai restoran 3 tahun yang lalu. Well,sepertinya kuliah jurusan komunikasi memang jalan dari semua itu...
                                                      ***
    Akhir minggu ini,aku mendapat sebuah tugas lapangan dari kampus. Aku harus membuat agenda wawancara dengan seorang narasumber yang berlatar belakang wirausahawan. Dan sampai sekarang,aku belum punya ide mengenai narasumber tersebut. Padahal lusa, tugas ini harus dikumpulkan. "Gimana Bil? uda dapet narasumber ?" tanya Cacha,temanku. Aku hanya menggeleng lemah."Aduuh, gimana siih,kok nyantai banget kamu." katanya panik. "Bukannya nyantai,memang belum ada waktu. Kamu kan tahu sendiri kemarin nenekku baru aja meninggal." jelasku pasrah. "Iya juga sih, tapi aku ada sedikit info nih,ada salah satu restoran baru di Jl. Meliwis Putih,depannyaklinik optik. Coba aja kesana. Siapa tahu bisa kamu jadiin narasumber?" ujar Cacha menyemangati. "Boleh juga. Thanks ya, ntar aku akan coba ke sana." ucapku berbinar. "ya uda aku balik duluan ya, mau jemput adikku dulu. Good Luck!." Ujar Cacha sambil melangkah pergi."Iya hati-hati Cha..."
    Hmm, aku sedikit lega sekarang. Matahari begitu terik ketika aku sampai di sebuah restoran yang dimaksud Chaca tadi. Restoran itu bernama Rumah Makan Berkah. Tempatnya luas,bersih,dan nyaman. Awalnya, aku sengaja memesan segelas minuman. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri bertanya pada pelayannya," permisi mbak? kalau boleh, bisa nggak ya saya ketemu dengan pemilik restoran ini?." tanyaku ramah. "Memngnya ada perlu apa ?" si pelayan tadi balik nanya. "Enggak sih,kalau misalnya boleh.saya lagi butuh narasumber untuk tugas kuliah saya mbak. Tolong ya ?." pintaku memelas.
    "Oh sebentar ya, saya ambilkan kartu namanya dulu. Soalnya jam segini pak Angga nya tidak berada disini." katanya sambil menuju tempat yang dimaksud. "Terimakasih banyak mbak..." ucapku senang. Akhirnya aku mengantongi sebuah kartu nama yang disitu, tertera nama yang tidak asing bagiku, Izwar Angga Prasetyo. Aku menghubungi nomor telepon yang tercantum disana,"Assalamualaikum ? hallo?." ucapku hati-hati. "Waalaikumsalam, dengan siapa ya ?." jawab suara diseberang. Suara itu,seketika membuatku merasa damai. "Hallo?" ucap Angga mengulangi. "Eh iya,  hallo, maaf sebelumnya. Perkenalkan saya Bila,saya dapat kartu nama anda dari restoran kemarin." jelasku singkat, mencoba tidak terdengar gugup."Oh iya,ada yang bisa dibantu?" tanyanya. "Emm,begini,sebenarnya saya ingin meminta bantuan anda agar bersedia menjadi narasumber saya untuk wawancara. Ini untuk keperluan tugas kampus saya. Dan waktu saya mepet sekali." Jelasku. "Baiklah,saya tidak masalah. Jadi kapan bisa mulai wawancara ?". tanyanya santai. Hatiku langsung bersorak gembira. Akhirnya aku dapat narasumber."Terimakasih banyak, apakah nanti sore anda sibuk?" tanyaku. "Bagaimana kalau selepas isya saja? sore saya masih ada urusan. Temui saya direstoran selepas isya." Kata Angga. "Oh,baik kalau begitu, maaf merepotkan anda...Assalamualaikum." ucapku lega. "Waalaikum salam".
     Aku menutup teleponku dengan senyuman lebar. Entah kenapa suara tadi jadi berbeda, suara yang teduh,santun....Aku semakin tidak sabar. Setelah meminta izin kedua orang tuaku, aku berangkat ke Rumah Makan Berkah selepas sholat isya. Kutemui pelayan yang memberiku kartu nama tadi,"permisi mbak? masih ingat saya kan? saya sudah bikin janji dengan pak Angga tadi siang. Sekarang saya musti keruangan mana?." tanyaku tersenyum manis." Oh iya mbak. Ini nanti mbaknya lurus saja dari sini, sebelah kiri ada ruangan pegawai,mbak masuk saja," Aku mengangguk paham dan membalas senyum bersahabat. Tanda terimakasih.
    Kuketuk pintu ruangan yang dimaksud pelayan tadi 2 kali,"Asalamualaikum?." "Waalaikum salam. silahkan masuk,pintunya tidak saya kunci" Balas Angga dari dalam. Kubuka pintu itu dan mengamati sekelilingku. Ruangan itu,luas. Terdapat beberapa meja dana kursi,serta loker penyimpanan. Disana, telah duduk seorang pemuda dengan kemeja putih lengan pendek."Silahkan duduk,kamu yang menelepon tadi kan?" tanyanya sambil tersenyum.Ada lesung pipit di pipi kirinya.
    Aku masih bengong memandanginya. Sepertinya aku pernah bertemu dengan pemuda ini. Tapi kapan? dimana?."Maaf.. silahkan duduk." Ujar Angga lagi."Eh iya, maaf.Benar saya yang menelepon tadi."kataku lalu duduk dihadapannya. Dia tersenyum ramah." baiklah, mungkin kamu harus sedikit santai. Jangan terlalu gugup begitu.Heheh.".Tampaknya pipiku memerah saat ini. "Baiklah terimakasih sekali lagi. Saya Salsabila Firdaus. Biasanya dipanggil Bila.saya mahasiswi ilmu komunikasi dan bla bla bla..." Aku memeperkenalkan diriku seara singkat.
    Dia dengan seksama mendengarku bicara." Jadi bapak bersedia kan menjadi narasumber saya? ini mengenai asal muasal berdirinya usaha bapak, omsetnya perbulan dan juga suka duka bapak merintis usaha ini. Bapak juga harus memeberikan tips bagi pengusaha pemula..."ocehku. Angga tersenyum setiap kali aku menjelaskan semuanya,"mungkin akan lebih santai jika mbak Bila manggilnya mas saja? memangnya saya sudah setua bapak kamu ya?hehehe" ujarnya bercanda. Aku sedikit salah tingkah didepan pemuda yang kuduga usianya 6/7 tahun diatasku ni. "Maaf hehehe,bukannya begitu. Saya ingin lebih sopan saja pak,eh Mas Angga..." Dia tersenyum lagi.'Nah begitu kan kedengarannya lebih enak.Okay,ayo kita mulai wawancaranya..."
                                                   ***
    Malam itu belangsung lancar. Tugasku sudah beres dan aku masih berhubungan baik dengan mas Angga. Jujur, akhir-akhir ini aku sering memikirkannya. Ada satu perasaan yang masih mengganjal. Rasanya aku memang pernah bertemu dengannya sebelum ini. Tapi kapan? dimana?. Aku masih mengedit hasil wawancaraku ketika Dion menghampiriku," Sibuk amet adekku yang satu ini." godanya sambil memencet hidungku. "Iya nih, ada tugas dari kampus. Habis adari mana?." tanyaku. "Cari makan aja tadi. Sebenarnya gratisan sih.Hehehee" Ujarnya sambil nyengir. "Iya deeh, eh gratis ? tuh kaan gak ngajak-ngajak aku." ucapku manyun."Alah, kamu kan jarang makan diluar Bil.Ini tadi si Angga lagi kumat baiknya. Anak-anak pada ditraktir.Maklum, dia baru berhasil bikin rumah makan." jelas Dion.
    Aku langsung bengong. "Rumah makan mana?." tanyaku cepat. "Rumah makan Berkah. Baru loh itu, di Jl. Meliwis Putih. Yang punya temen kuliahku.Kenapa?." tanya Dion. "Yang punya namanya siapa? jangan-jangan Izwar Angga Prasetyo?." tanyaku lagi. "Kok tahu? habis makan disana juga ya ?." tanya Dion mengernyitkan dahi. "Enggak sih,tapi kemarin aku baru aja wawancara dia untuk tugasku ini. Ternyata temen kuliah kamu to." Jelasku sambil manggut-manggut mengerti. "Oh, gitu? Angga anak yang pekerja keras. Dulu aja dia masih kesana-kemari jadi pegawai restoran. Eh sekarang ga nyangka uda punya restoran sendiri. Ya uda, aku duluan ya? ada janji sama temen.. Assalamualaikum...". "Waalaikumsalam,hati-hati dijalan!." teriakku.
    Dan terjawab sudah pertanyaanku selama ini. Aku memang pernah bertemu dengan Angga. Dimana? ya dirumah ini. Waktu dia mengantar pesanan makanan Dion 3 tahun yang lalu. Ada sedikit rasa kagum, ternyata dia bukan mahasiswa yang kerjaannya cuman minta duit orang tuanya. Sosok yang begitu inspiratif dan memotivasi. Singkatnya, setelah itu aku hilang kontak dengan Mas Angga beberapa bulan. Mungkin dia sibuk.
    Sampai akhirnya, Cacha mengajakku makan di Rumah Makan Berkah. Tidak ada perasaan apapun kecuali gugup. Rasanya lebih gugup daripada menghadapi ujian kimia. Aku melihat kesekelililng,tidak tampak sosok Angga disana. Entah kenapa aku berharap bisa bertemu dengannya." Enak ya makan disini, bikin ketagihan. Pelayannya ganteng-ganteng lagi.Hehee"komenar Cacha. Aku hanya tersenyum. "Kamu kan pernah wawancara pemiliknya dulu,ganteng gak? denger-denger masih muda juga."Ujar Cacha genit."Apaan sih? kumat keponya. Orangnya baik kok,ramah." jawabku singkat. "Masih single ya?." tanya Cacha lagi."Kelihatannya sih gitu,kurang tahu juga."jawabku datar. "Huh,aku jadi penasaran,hehee.' Aku menggeleng-geleng kepala melihat kelakuannya,"Aku ketoilet dulu ya,?" kataku.
    Aku berjalan tenang ketika tiba-tiba seorang pelayan menabrakku dan menumpahkan minuman ke jilbabku. "Ya Tuhan! maaf ya mbak, saya tidak sengaja,sungguh..." kata pelayan tadi. "Iya nggak papa,lain kali hati-hati ya?." ujarku tenang."Oh my God! jadi basah gini. kalau jalan pakai mata juga dong mbak,jangan cuman kaki! mau saya aduin bos kamu?." bentak Cacha. "Udahlah Cha? cuman basah dikit kok. Mbaknya juga nggak sengaja..aku ketoilet dulu." "Saya benar-benar minta maaf." ucap pelayan tadi.Cacha kembali ketempat duduknya dengan manyun.
    Setelah itu aku keluar toilet dan berniat segera pulang. "Maafkan pegawai saya ya mbak?." Terdengar suara disampingku."Mas Angga?" ucapku kaget."Eh mbak Bila ya? ternyata mbak Bila yang tertabrak tadi? kok bisa kebetulan gini? maaf sekali lagi mbak ya?". "Iya nggak papa mas,cuman sedikit kok basahnya."jelasku. "Tapi jadi kotor gini jilbab kamu. Saya merasa harus bertanggung jawab, Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bicara di dalam ruangan saja?." tawar mas Angga."Emm,iya tapi saya ngabari temen saya dulu, kasihan kalau nunggu lama." kataku.Mas Angga tersenyum dan mengangguk. Ada lesung pipit disana, lesung pipit yang lama tidak kulihat.
    Akhirnya kami sudah berada didalam ruangan pegawai.Aku mengamati sekelilingku, tidak jauh berbeda dengan beberapa bulan yang lalu. "Wah, bisa kebetulan gini ya? Bagaimana kabarnya mbak?." tanya mas Angga ."Alhamdulillah sehat mas. Mas sendiri bagaimana?." jawabku." Ya seperti yang mbak Bila lihat?hehe. Oh ya, sebagai permintaan maaf saya, saya boleh ya mengganti jilbab kamu? kebetulan saya ada beberapa jilbab disini, oleh-oleh dari Aceh, kemarin saya dan keluarga besar baru saja dari sana." ujar mas Angga. "Nggak usa mas, ngga usah repot-repot. Kan cuman basah sedikit ini."kataku cepat. "Tolong diterima ya? jadi saya tidak merasa berhutang." Mas Angga menyodorkan sebuah bungkusan jilbab. Akhirnya aku menerimanya dengan perasaan tidak enak. "Kamu bisa ganti jilbabnya diruangan sebelah sana." Mas Angga menunjukkan ruangan yang dimaksud."Terimakasih banyak mas," Dia tersenyum lembut, tentu saja masih ada lesung pipit di pipi kirinya. Jilbab itu berwarna merah muda, begitu indah.
    "Mbak Bila terlihat lebih rapi daripada yang basah tadi? hehe.Warnanya juga cocok dengan kulit kamu." Puji Angga. "Terimakasih mas,hehe. Sepertinya saya sudah harus pulang.Masih ada urusan dirumah."kataku. "Oh iya, maaf ya sekali lagi. Jangan sungkan mampir kemari..." Kata mas Angga ramah. Aku mengangguk dan tersenyum,lalu melangkah pergi. "Eh tunggu mbak Bila?." panggil mas Angga lagi. " ya?" jawabku."Maaf boleh minta pin atau nomor teleponnya? yang kemarin tidak sengaja terhapus." Aku tersenyum dan memberikan pinku padanya. "Terimakasih, hati-hati ya.. diluar mendung. Mungkin sebentar lagi hujan. Assalamualaikum..." Kata mas Angga. Aku mengangguk lagi,"waalaikumsalam."
                                                       ***
    Aku berbaring dikamarku, sekarang ada banyak pertanyaan yang berlarian diotakku. Pertanyaan-pertanyaan aneh yang membuatku tersenyum sendiri. Terimakasih untuk yang kesekian kalinya,entah ini ucapan terimakasih yang keberapa. Untuk jilbabnya juga, pasti akan aku simpan dengan baik. Barang pertama yang kau berikan padaku.Iya. Akan aku simpan dengan baik.Aku masih senyum-senyum tidak jelas ketika ponselku berkedip, kontaknya tertulis Izwar Angga Prasetyo.
    Aku mulai kacau, sejak kapan aku merasa gugup hanya karena akan membuka pesan dari sesorang? Ya Tuhan, dia hanya menanyakan apakah tadi aku kehujanan. Dan ya, satu kalimat sederhana yang mampu membuatku sulit tidur malam ini," Mbak Bila terlihat cantik dengan jlbab tadi :)" Aku menyadari ada hal yang berbeda. Sepertinya ada hal lain yang membuatku lebih bersemangat. Apa mungkin karena Angga ?.Intinya sejak sore itu, kami semakin akrab. Sampai sepupuku Dion, menanyakannya. "Kamu deket ya sama Angga? dia sering nyeritain kamu." tanyannya sok akrab."Deket gimana? biasa aja tuh. Kita cuman temen."jelasku ringan. "Masak siih? kayaknya si Angga naksir kamu tuuh. Yaa nggak papa sih,anaknya juga baik. uda mapan." ocehnya lagi.
    "Apaan sih?orang cuman temen kook. Lagian mana mungkin mas Angga suka sama cewek biasa kayak aku gini." ujarku. "Ih,siapa tahu?lagian kalau dilihat-lihat, tipe Angga itu kayak kamu gini,pendiem,berjilbab,gak gaul juga,hahah, peace!" Tambahnya makin nglantur. "Huu kurang ajar ya ngatain aku kurang gaul.Awas ya!." Aku menggelitiki perutnya dengan kesal. Tapi apa mungkin? apa mungkin dia ada rasa?. Pemuda seperfect dia? Ya Tuhan , aku semakin gila saja. "Ciee,bengong! Nglamunin Angga tuuh, hehehe." "Ih, nggak lah. Ngapain coba?," Aku menggelitikinya lagi. Kami terus tertawa sampai langit menampakkan semburat jingganya.
                                                     ***
    Sejak dia hadir didalam hidupku, sepertinya ada banyak perubahan yang terjadi. Bahkan kata Cacha,aku yang sekarang sudah tidak pendiam lagi,aku lebih ramah dan terbuka."Itu tandanya kamu sedang jatuh cinta." begitu katanya. Selama ini, aku tidak pernah mengagumi laki-laki kecuali ayahku. Tapi mas Angga?ada rasa kagum juga padanya... mas Angga selalu ada dipikiranku. Dimataku, dialah pelangiku...
    Dia hadir ketika aku masih begitu polos. Dia hadir dengan ketidaksengajaan yang serba kebetulan. Dia mengikuti bayanganku yang tak tampak.Dia hadir disetiap kelemahanku. Namun aku tidak tahu apakah dia memiliki perasaan yang sama? apakah dia juga nyaman didekatku?. Aku tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Aku akan mengikuti semuanya seperti air yang mengalir. Aku memasrahkan semuanya pada yang diatas. Allah pasti lebih tahu bagaimana yang terbaik.
    Sore ini, mas Angga mengajakku keluar. Bukan ngedate,tapi menemaninya membeli bahan-bahan makanan di restorannya. Aku juga tidak tahu alasannya mengajakku. Apa dia menganggap aku istimewa? atau hanya sekedar teman yang baik. Yang jelas, aku senang bersamanya. Kami bicara banyak hal tentang hobi kami.Saling bertukar cerita dan memberi banyak pandangan hidup.Tentang keluarganya,sifatnya,impiannya. Dia juga bilang aku ini gadis yang berbeda dari gadis kebanyakan. Dan hal itu semakin membuatku salah tingkah."Mbak Bila sudah terlihat dewasa,jarang lho jaman sekarang ada perempuan seperti kamu.Kamu cantik, cantik luar dalam..." ujarnya pelan. Aku semakin tersipu dan kehilangan kosa kata. "Hehe,pasti mas Angga bercanda."Balasku malu-malu. "Tidak,saya hanya mengamati kamu dari dulu, dan itulah kesimpulan saya." ucapnya sambil tersenyum.
    "Mas jangan berlebihan,takutnya saya jadi riya' nanti. Hehe."jawabku. Dia tersenyum lagi,lesung pipitnya itu semakin membuatku tidak ingin melepaskan pandanganku darinya. Tuhan, sepertinya aku menaruh hati pada pemuda ini."Saya boleh bertanya sesuatu?." tanyannya kemudian. Aku hanya mengangguk pelan. "Mbak Bila sudah punya pasangan?." tanyanya kaku. Aku tertawa mendengarnya,"belum mas, memangnya kenapa?" tanyaku. "Heheh, maaf ya? bukannya apa-apa. Pengen nanya aja."ujarnya tertawa juga. "Mas ini ada-ada saja. Memangnya selama ini apa pernah saya terlihat jalan bareng laki-laki?."tanyaku. "Lha ini? .kita kan sedang jalan? heheh." katanya bercanda. Lalu kami tertawa bersama. Entah kenapa, aku merasa begitu bebas, aku merasa bahagia meskipun hanya duduk disini,ngobrol,saling cerita... Bagiku, itu semua sudah cukup membuatku bahagia.
    Hari dan bulan berlalu seiring makin sulitnya aku melupakan mas Angga. Inilah yang aku takutkan, aku tidak bisa mengontrol rasa cintaku. Hari-hariku bergerak begitu lambat. Dan hanya dia yang sering muncul dalam lamunanku. Aku selalu berdoa semoga rasa cintaku itu, tidak membuat aku lupa pada Tuhanku. Dalam setiap sujudku aku mendoakannya.Aku ingin bersamanya. Semoga Tuhan memberikan kami kebahagiaan.
    Dan kini,aku tahu apa itu rasa cinta. Awalnya aku memang tidak ingin mengakuinya. Namun ternyata rasa itu masih saja ada. Bahkan hanya dengan mendengar namanya saja, hatiku langsung damai. Tapi sekali lagi, aku tidak tahu apakah dia juga merasakan hal yang sama. Aku sempat berpikir ulang, benarkah aku mencintai pemuda yang menganggapku teman biasa? Pemuda pekerja keras yang sopan dan selalu menghormatiku dengan memanggil mbak Bila? pemuda dewasa dengan usaha yang susah payah dirintisnya? bukankah semua itu terdengar sangat berbeda dengan apa yang sudah ku capai?. Memangnya apa yang sudah kucapai? mahasiswi biasa, belum bekerja, belum punya prestasi apa-apa. Apakah aku pantas mencintainya?.
    Aku masih tetap menunggu,aku masih tetap berharap, bahwa dia akan segera mengungkapkan isi hatinya. Kini bulan berganti tahun. 2 tahun sudah aku menunggu kepastian. Aku menunggu dia datang dan mengungkapkan perasannya. Namun aku hanya seperti orang bodoh yang selalu memnghayal terlalu tinggi. Sampai saat ini, hubunganku dengan mas Angga berjalan wajar. Dia sering mengajakku keluar, entah beli buku,atau hanya minum es krim sebentar. Aku tidak mengerti jalan pikirannya. Mana mungkin dia selalu memperhatikanku jika tidak menaruh rasa padaku?. Atau mungkin selama ini,aku yang ke GR an. Mungkin dia hanya menganggapku sebagai adiknya,temannya? mungkin aku salah mengartikan kebaikannya.
                                                       ***
    Aku tertidur lelap ketika kumandang adzan membangunkanku.Ternyata sudah isya, Ya Allah bagaimana bisa aku sampai ketiduran begini? aku segera mengambil air wudlu dan sholat. Aku tengah melipat sajadahku ketka ibu memanggil. "Bila? nanti ayah sama ibu ingin bicara." ujarnya lembut.Aku mengangguk tenang dan segera keluar menemui ayah dan ibu. Kami duduk diruang keluarga, "Bila,usia kamu kan sudah tidak muda lagi. Tidak baik menunda-nunda pernikahan bahgi seorang wanita..." Ayah memulai pembicaraan. Aku hanya diam dan menunduk," Bila baru mau 23 tahun  kan? itupun masih beberapa bulan dari sekarang." ucapku pelan. "Dengarkan ayahmu dulu Bila," kata ibuku. "Kamu anak perempuan satu-satunya, kami ingin yang terbaik untuk masa depanmu. Kamu sudah waktunya berumah tangga nak, kami memang tidak ingin memaksamu. Hanya saja apakah saat ini kamu punya teman dekat? atau seseorang yang sekiranya tertarik denganmu?." tanya Ayahku.
    Aku diam lagi dan menggelengkan kepalaku," Bila tidak punya pacar Yah." ucapku datar. "Kamu tidak keberatan kan? kalau kami mengenalkan kamu dengan seorang pemuda? pemuda ini adik dari mbak fitri,anak teman ayahmu. Kamu pernah menghadiri pernikahannya dulu." jelas ibuku. Aku hanya mengangguk pelan."Nah adiknya itu baru lulus kuliah tahun lalu. Anaknya baik, santun. Sudah punya penghasilan juga. Sekarang meneruskan bisnis kakeknya di bidang tekstil. Dia juga aktif diyayasan yatim piatu, benar-benar pemuda yang selalu positif dan dewasa kan?. Menurut kami, dia pemuda yang sesuai dengan kriteria Bila...".jelas ibuku serius.
    Ada sesuatu yang serasa menikam dadaku. Ada sesuatu yang langsung menyentak bola mataku. Namun,aku hanya bisa menunduk. "Kami bukan mau memaksa pilihan kamu,kalian bisa saling mengenal dulu,kalau sekiranya Bila nggak sreg, Bila boleh menolaknya, bagaimana?." ujar ibuku lembut. Aku diam. "Tidak papa tidak dijawab sekarang nak, dipikirkan dulu, jangan samapai kamu malah tertekan,ayah dan ibu ingin kamu dapat yang terbaik." Tambah ayahku. "Baik ayah, Bila izin kekamar dulu,inshaallah segera memberi jawaban..." Kataku lalu masuk ke kamarku dengan perasaan campur aduk.
                                                       ***
    Kalau boleh jujur,aku tidak keberatan jika memang hal itu dapat membuat orang tuaku bahagia. Namun aku masih merasa berat. Aku masih menunggu seseorang,aku masih mengharapkan seseorang itulah yang nanti akan mengkhitbahku. Namun keadaan berbanding terbalik dengan apa yang aku harapkan. Mas Angga semakin jarang menghubungiku, kita jarang berkomunikasi. Ada yang berubah,aku kehilangan kabar mas Angga, dan dia semakin jarang kelihatan. Aku masih diliputi rasa bimbang dengan perasaanku, entah kenapa aku masih ingin menunggu.Masih ingin mewujudkan khayalanku pada seorang laki-laki yang kukagumi,laki-laki yang selalu memenuhi pikiranku belakangan ini.
    Menikah itu, bagi sebagian orang memang terdengar mudah. Mendapatkan jodoh bagi sebagian orang, memang tampak seperti sedang memilih pakaian yang akan dipakai hari ini,simple. Namun dimataku,semuanya tidak sesederhana itu. Aku memang ingin menikah,hanya saja aku masih menunggu seseorang. Iya,aku menunggu mas Angga. Tapi sampai kapan? sampai kapan aku akan bersabar menunggunya jika ternyata dia tidak menginginkanku sama sekali. Bagaimana mungkin aku akan mempertahankan  cinta kepada seorang pemuda yang bahkan saat ini aku tidak mengetahui kabarnya, keberadaannya, perasaannya?. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba datang melamarku sedangkan saat ini dia sama sekali tidak mengungkapkan perasaannya sama sekali. Apakah aku akan menyetujui perkenalaanku dengan pemuda pilihan ayah? apakah salah jika hanya menegenal lebih jauh? Ya Tuhan, ternyata jatuh cinta itu rumit. Setiap langkah yang akan aku ambil penuh teka-teki dan membuatku takut memutuskan. Apa yang harus aku lakukan?...


You may also like

Tidak ada komentar:

Flickr Images

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Sandi Ovinia Putri

Tulisan tidak hanya berhenti di satu masa dan hanya satu kepala.
Tulisan bisa lebih kuat dari pada peluru, sebab ia mampu menembusa daya pikir kita.

Popular Posts