f

“TEKNOLOGI CANGGIH VS DONGENG & CERITA RAKYAT” Mana yang Lebih Mengedukasi Anak dan Remaja?

/
0 Comments
           
Browsing Everyehere
         Dalam bahasa inggris, budaya dikenal dengan istilah culture yang artinya “budaya”. Sebenarnya, istilah ini berasal dari kata latin colere, artinya mengolah atau mengerjakan. Sudah tidak asing lagi bahwa negara yang memiliki penduduk terbesar no. 4 di dunia, yaitu Indonesia memiliki beragam kebudayaan.
            Kebudayaan tersebut berasal dari berbagai suku bangsa mulai dari sabang sampai merauke. Masing-masing memiliki adat dan kebudayaan yang ditinggalkan nenek moyang secara turun-temurun. Sebut saja berbagai kesenian daerah seperti wayang, kethoprak, lenong, dan sebagainya. Belum lagi, begitu banyak lagu daerah yang memiliki keindahan dan menhelaskan suatu provinsi maupun kota-kota yang ada di Indonesia.
            Semua kebudayaan itu merupakan karakter bangsa, sebagaimana disebut oleh Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Antropologi. Budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikenal sebagai bangsa multicultural yang tentu saja harus memiliki kebudayaan local maupun internasional yang berfungsi sebagai pemberi identitas bangsa.
            Namun ada sesuatu yang membuat miris mengenai keberlangsungan budaya di Indonesia. Dari bermacam-macam kebudayaan yang tersebar  dari ujung pulau Sumatra hingga Papua tersebut, ada beberapa kebudayaan yang mulai dilupakan,bahkan tidak dianggap penting lagi. Yaitu Dongeng maupun Cerita Rakyat.
            Pada era globalisasi seperti sekarang ini, budaya mendongeng dan juga menceritakan legenda sebelum tidur mulai tersingkir. Dan pada akhirnya, akan hilang tanpa meninggalkan jejak. Terkikisnya budaya mendongeng untuk mengembangkan pemikiran dan imajinasi pada anak tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang sangat pesat. Padahal dengan mendongeng atau menceritakan suatu hal pada anak-anak adalah budaya yang menyenangkan sekaligus untuk membangkitkan minat baca dan mengembangkan imajinasi anak.
            Lalu, adakah hal lain yang merenggut perhatian para anak bangsa bahkan orang tua dengan tekonologi ini sehingga dengan mudahnya kecanggihan teknologi dapat melunturkan budaya local yang memiliki banyak manfaat? Tentu saja ada! Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi memberikan banyak kecepatan dan kemudahan dalam urusan kehidupan.
           
Namun disamping memberikan kemudahan dalam segala aspek kehidupan, teknologi dengan gesit meracuni otak generasi bangsa khususnya anak-anak. Kecanggihan teknologi menawarkan hal-hal yang membuat anak-anak mereka tertarik dan secara tsadar atau tidak, hal ini dapat mengubah mindset anak-anak dalam segi moral dan psikologi.
            Hal ini terjadi semakin cepat dan banyak dari orang tua tidak menyadari bahwa kecanggihan teknologi dapat menjadi boomerang bagi keberlangsungan moral serta psikologis anak-ank mereka. Seperti dilansir oleh okezone.com pada tanggal 22 Agustus 2013, pengguna internet di Indonesia per 2012 telah mencapai 353 juta,serta akan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2017. Tercatat pula dari data yang dilansir oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) bahwa pengguna internet terbesar adalah usia antara 10-34 tahun.
             Dengan bertambahnya jumlah pemakaian internet yang didominasi oleh anak-anak dan remaja, akan memberikan peluang bisnis bagi banyak pengusaha di bidang TIK sehingga memotivasi mereka untuyk terus meluncurkan berbagai aplikasi yang menarik perhatian anak-anak. Seperti game, chatting, bahkan situs-situs yang tidak pantas ditonton. Banyak sekali  aplikasi yang diciptakan tanpa mempertimbangkan unsur edukasi pada anak-anak. Hal ini tentu saja akan membuat anak-anak memiliki pola pikir yang berbeda dari anak seusia mereka,bahkan anak-anak pengguna internet tanpa pengawasan orang tua tumbuh menjadi pribadi yang individualis dan hedonis.
            Belum lagi masalah moral yang besar beresiko terhadap karakter anak-anak. Misalnya, anak-anak lebih mementingkan gadget mereka ketika ada adzan berkumandang. Mereka tidak lagi mempedulikan unsur budi pekerti dan bahkan menyepelekan urusan agama.
            Dengan gempuran teknologi yang selain mempermudah namun juga berbahaya inilah, harusnya budaya mendongeng dan bercerita legenda rakyat lebih digalakkan. Mengembalikan kebudayaan local dimana selain mengedukasi, dongeng juga mempererat kedekatan antara orang tua dan anak. Betapa hal semacam ini sudah jarang dijumpai akibat kesibukan kedua orang tua yang bekerja sepanjang hari. Sehingga mereka tidak memiliki waktu luang untuk sekedar bertukar cerita dengan buah hati mereka. Khususnya mengenai kisah-kisal teladan yang bias diambil dari berbagai cerita rakyat di berbagai daerah Indonesia.
            Banyak dijumpai, balita asyik mengotak-atik gadget atau sekedar memainkan berbagai game pada tablet. Dan lebih mirisnya lagi, banyak orang tua yang sudah mengenalkan teknologi ini kepada anak mereka sejak awal. Hanya karena alasan sepele anak yang tadinya cengeng diberikan tablet langsung diam.
            Teknologi yang seharusnya bermanfaat malah merusak budaya dan etika generasi muda. Alangkah baiknya jika kecanggihan teknologi juga diimbangi dengan dilestarikannya budaya lokal seperti dongeng dan juga cerita rakyat.
            Media Sindonews.com sempat mengunggah berita mengenai pelestarian budaya local yang diadakan oleh Galeri Indonesia Kaya dengan menampilkan pertunjukkan dongeng dan operet mini di awal bulan Juni 2015,” Misi kami,adalah umtuk membangkitkan minat baca anak Indonesia dan mengembalikan budaya mendongeng .” Ujar Dr. Murti Bunanta, pendiri dan ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA).
            Jadi, bagaimana cara para orang tua maupun masyarakat untuk lebih mengedukasi para generasi muda baik anak maupun remaja? Salah satunya ialah melestarikan kembali budaya mendongeng pada anak untuk menstimulasi imajinasi serta pemikiran mereka dengan hal-hal yang positif. Jika teknologi berkembang untuk membuat anak-anak smart, maka mari gunakan teknologi tersebut dengan cara yang smart juga. Jadikan teknologi sebagai cara mengembangkan kebudayaan lokal, bukan malah merusak budaya itu sendiri.


You may also like

Tidak ada komentar:

Flickr Images

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Sandi Ovinia Putri

Tulisan tidak hanya berhenti di satu masa dan hanya satu kepala.
Tulisan bisa lebih kuat dari pada peluru, sebab ia mampu menembusa daya pikir kita.

Popular Posts